Minggu, 29 Maret 2020

GLS Wujudkan Spengas CANTIK


Membaca merupakan salah satu faktor penunjang penting dalam kehidupan manusia  guna meningkatkan ilmu pengetahuannya. “Membaca adalah sebuah jendela yang membuat seseorang bisa menelaah dan mengetahui segala sesuatu yang dimiliki orang lain dengan cara yang sangat mudah dan simpel”( As-Sirjani dan Al- Madari : 2007). Kedudukan membaca  juga  dapat dijadikan  sarana untuk membiasakan diri melakukan kajian, yakni pada saat kita menghadapi suatu masalah dalam kehidupan. Berdasarkan pernyataan tersebut tak dapat ditolak lagi bahwa membaca itu sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah yang menjadikan landasan bahwa di sekolah perlu adanya sebuah gerakan untuk membangun warga sekolah agar gemar membaca.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang mulai diluncurkan sejak diterbitkannya Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, adalah salah satu strategi  menciptakan lingkungan sekolah yang ramah literasi. Di beberapa sekolah,  telah dirujuk oleh Dinas pendidikan dan Kebudayaan  setempat untuk melaksanakan managemen sekolah berbasis literasi, tidak terkecuali SMPN 3 Subang (Spen-gas). Sejak tahun 2016 SMPN 3 Subang telah ditunjuk oleh Dinas pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang untuk melaksakan sekolah berbasis literasi berdasarkan pertimbangan tertentu.
Pada tahun 2016 Spen-gas mengikuti kegiatan WLJRC (West Java Leader’s Reading Challenge).Tantangan membaca untuk siswa minimal 24 buku dalam waktu 10 bulan. Dari hasil kegiatan tersebut, siswa perintis Spen-gas berhasil lolos tantangan WJLRC sebanyak 14 orang, dengan rata- rata jumlah buku yang dibaca, di-review, dan di-upload siswa sebanyak 60 judul buku fiksi dan non-fiksi. Atas dasar keberhasilan itu siswa perintis berhak mendapatkan sertifikat dan medali dari gubernur Jawa Barat. Sekaligus pula berhak masuk SMA pilihannya sendiri tanpa harus malalui tes akademik atau NEM. Siswa yang lolos WJLRC diberikan kesempatan mengikuti Jambore Literasi di Kiara Payung, Sumedang Jawa Barat. Kegiatan ini adalah bentuk apresiasi kepada peserta yang lolos tantangan WJLRC.
Pada tahun 2017, 10 orang siswa Spen-gas lolos tantangan membuat antologi puisi, tantangan ini di selenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang. Pada tahun 2018, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan belum mengadakan kegitan Challenge,  dikarenakan sesuatu hal yang menyangkut teknis, prosedur dan dana yang belum siap.
Budaya literasi yang dibangun melalui GLS salah satu tujuannya untuk mewujudkan Spengas CANTIK  Cerdas, Agamis, Nyaman, Tertib, Inovatif, Kreatif. Seiring dengan sekolah berbasis adiwiyata, GLS ini dapat mendukung visi dan misi sekolah.
Diperlukan jiwa yang handal, tekad yang kuat, bermental baja, bagi seorang guru perintis literasi untuk menjalankan program  GLS di sekolah, karena segudang permasahan  siap menghadang perjuangan guru perintis literasi, di antaranya yaitu: 1. respon warga sekolah yang apatis; 2. kebijakan pimpinan dalam menyikapi permasalahan yang ada; 3. bahan bacaan yang terbatas; 4. peran perpustakaan yang menjadi unsur pendukung; 5. sarana dan prasana yang tidak mendukung; dan permasalahan teknis lainnya yang dapat ditemukan di lapangan.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi dengan beberapa solusi di antaranya yaitu :
1.      Kepala sekolah dan guru perintis dipastikan sudah mengikuti pelatihan atau workshop literasi, hal ini sangat penting dilakukan karena yang akan menjadi ujung tombak pelaksanaan GLS di sekolah adalah kepala sekolah dan  guru perintis.
2.      Penunjukan guru perintis harus berdasarkan pertimbangan yang objektif, bukan berdasarkan mata pelajaran atau latar belakang pendidikan, tapi seberapa peduli guru tersebut dalam kegiatan GLS, hal ini harus dipertimbangkan secara matang agar program GLS dapat dipertanggungjawabkan oleh si penerima tugas.
3.      Melakukan sosalisasi dan diseminasi dari hasil pelatihan-pelatihan yang bertajuk literasi, kegiatan ini sabagai suplemen bagi warga sekolah agar pemahaman mengenai literasi dapat terus ditingkatkan.
4.      Membentuk TLS (Tim Literasi Sekolah) melalui SK Kepala Sekolah, agar guru perintis dan guru pembina literasi dapat menjalankan tugasnya dengan baik, diperlukan legalitas penunjukan dalam bentuk Surat Keputusan (SK)  TLS dari kepala sekolah.
5.      Membangun komitmen yang kuat dengan TLS untuk menjalankan program GLS, hal ini penting dilakukan untuk memotivasi kinerja TLS agar  dapat menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
6.      Melakukan sikap keteladanan sosok insan literat, hal ini penting dilakukan agar maksud dan tujuan dibangunnya budaya litersi dapat mengacu kepada sosok keteladanan itu.
7.      Memberikan apresiasi kepada guru dan siswa yang telah berpartisipasi dalam melaksanakan program GLS, apresiasi yang diberikan dapat berbentuk benda atau penghargaan-penghargaan lainnya dalam bentuk pujian atau pernyataan predikat ‘siswa literat’ atau ‘guru literat’.
8.      Membentuk komunitas literasi baik pada kalangan siswa atau pada kalangan guru, komunitas siswa dapat dilaksanakan melalui kegiatan ekstra kurikuler literasi,  SMPN 3 Subang mempunyai komunitas ‘Pelita’ yaitu komunitas Perintis Literasi SMPN 3.
9.      Guru perintis dapat memberdayakan komunitas atau organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). SMPN 3 Subang telah menyelenggarakan readathon dan write-a thon bersama 15 sekolah lainnya di lingkungan kabupaten Subang, bekerja sama dengan MGMP bahasa Indonesia di komisariat Subang
10.  Menghadirkan pejabat atau motivator dalam kegiatan pembiasaan. SMPN 3 Subang melaksanakan launching literasi, menghadirkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, pada waktu itu yang menjabat adalah Bapak Dr. Makmur Sutisna, M.Pd dan seorang fasilitator provinsi yaitu Ibu Sri Suryati, M.Pd. hal ini dilakukan untuk memberikan penguatan dan motivasi kepada masyarakat sekolah agar terus konsisten dalam melaksanakan GLS.
11.  Membuat lagu  ‘Gita Literasi’, bekerja sama dengan guru seni budaya untuk menciptakan lagu literasi. Lagu ini dipersembahkan dalam rangka kegiatan readathon & write a thon dan untuk menyemangati siswa setiap akan melaksanakan pembiasaan literasi. Lirik lagu ‘Gita Literasi’
membaca, membaca
kunci utama tuk mendapat ilmu
mari kita buka gerbang pintu ilmu
dengan membaca
membaca tak mengenal waktu
membaca tak kenal usia
membaca bisa dimana saja
membaca, membaca, membaca
dengan readaton kita membaca
semua sumber ilmu
dengan readaton, yuk kita jalin
integritas bangsa
yuk! Kita penuhi pohon geulus
dengan membaca setiap hari
mari kita sukseskan Gerakan Literasi
agar selalu abadi
Jaya sepanjang masa

Solusi tersebut di atas tentunya masih banyak kekurangan. Harapan kami sebagai guru perintis,  kebijakan pengalokasian dana kegiatan GLS yang tertuang dalam RKAS  lebih dipriotitaskan. Kepedulian pihak Disdikbud lebih ditingkatkan lagi. Penyediaan buku-buku bacaan yang berkualitas. Penyelenggaraan diklat GLS untuk para kepala sekolah dan guru lainnya dilakukan secara berkala.
Dengan demikian, jika harapan –harapan itu dapat terealisasi, GLS akan berjalan sesuai dengan apa diamanatkan Permendikbud nomor 23 tahun 2015. Mewujudkan sekolah berbasis literasi harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Dengan mengusung kegiatan GLS secara profesional Spen-gas akan semakin Cantik. Cantik sekolahnya cantik pula masyarakat sekolahnya. (Arhan)


Jumat Berkah di SDN Karanganyar

  Masya Allah Tabarakallah, rezeki buat anak-anak soleh dan solehan siswa SDN Karanganyar. Hari ini, Jumat, 01 September 2023 ada seorang ha...