Senin, 29 Juni 2020

Sepak Terjang Beti dalam Pendidikan Usian Dini


Resume Kuliah Menulis Online Pertemuan ke-13



“ Sepak Terjang Beti dalam Pendidikan Usia Dini” 

Hari                 : Senin, 29 Juni 2020

Pukul               : 19.00  s/d 21.00 WIB

Pemateri          : Dra. Beti Risnalenni, MM

Materi              : Mengelola Sekolah di Era Covid-19




Kuliah online malam ini menghadirkan seorang nara sumber dari Bekasi. Beliau adalah Dra. Betti Risnalenni, MM, Pendiri TK, dan SD Insan Kamil Bekasi. Hal apa saja yang bisa kita teladani dari figur pemateri  alumnus SMA Negeri 1 Bekasi tahun 1984 dan alumnus Universitas Negeri Jakarta tahun 1987 ini?


Ternyata beliau mempunyai prinsip yang sangat luar biasa yaitu tak pernah lelah dalam mengajar. Niatnya sungguh mulya, yaitu  membuka sekolah yang bagus tapi bisa buat siapa saja.


Berawal dari membuka kursus, lalu dalam perkembangannya dapat mengelola KB – TK dan SD. Semua itu dilaluinya sejak tahun 2003 hingga sekarang.


Dari tekadnya yang kuat akhirnya beliau bisa meraih prestasi guru teladan, kepala sekolah berprestasi, dan  juara interpreuner tingkat Jawa Barat untuk kalangan guru Paud.


Menurut beliau, mendirikan sekolah tidak hanya sekadar mencari keuntungan. Namun, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh. selain dapat menghantarkan dirinya meraih beberapa prestasi juga dapat pengetahaun  dan pertemanan yang banyak.


Hal yang paling mengagumkan, sekolahnya mempunyai program unggulan hafal juz 30.

Bagaimana cara beliau mengelola sekolah di era pandemi? Inilah tips –tips beliau dalam mengelola program sekolah selama masa  pandemi.

1.       Selama Daring materi tidak hanya pelajaran saja tetapi  juga menugaskan kegiatan rumah ( life skill dan karakter )

2.       Selama masa pandemi ini kita harus bisa bekerja sama dengan seluruh guru dan karyawan.

3.       Bekerja lebih hati hati untuk menghindari stress

4.       Guru dan orang tua harus  bekerjasama dalam waktu memegang Hp

5.       Penggunaan Hp dibatasi, hanya untuk berkomukasi dengan guru.

6.       Gunakan alarm untuk mengingatkan jika Hp digunakan untuk game. Cukup 15 – 30 menit saja.

7.       Mempublikasikan tugas  lewat instagram.

8.       Untuk mendirikan sekolah, harus izin RT, RW terlebih dahulu.

9.       Mengajukan proposal ke Dinas Pendidikan melalui tahapan ujian dari berbagai bidang di tingkat wilayah

10.   Untuk menghindari data fiktif, maka pendataan siswa harus jelas.

11.   Jaga kesolidan dalam sekolah

12.   Bagi tugas berdasarkan kemampuan rekan kerja.

13.   Sering memantau dengan sharing.

14.   Pembayaran segalanya 1 pintu. Boleh dicicil berdasarkan kemampuan. Setiap kegiatan , misalnya mau ulangan, harus lunas spp bulan. Tertentu. Pembagian modul harus lunas spp bulan  tertentu, jadi orang tua tidak terbebani. kita sudah punya harapan uang buat gajian guru dan karyawan.

15.   Memberikan nilai karakter dengan cara bersalaman ,  hafalan juz 30 , hadist dan surat- surat pendek,  menjaga kebersihan, dan wirausaha.



Dari sesi tanya jawab diperoleh beberapa  pernyataan bahwa :

1.     Dalam mengelola sekolah itu banyak sekali tantangan. Untuk bisa survive, harus sering menghitung pemasukan dan pengeluaran. minimal rencana per tahun itu harus cermat walau bukan profit tujuannya, tetapi jangan nombok juga. nanti kita tidak semangat dalam bekerja.

2.     Memberdayakan koperasi, karena koperasi   sebagai salah satu  sumber keuangan.

3.      Pada masa pandemi sekolah bisa dibuka, dengan syarat wilayahnya dinyatakan zona hijau.

4.      Prosedur membuka sekolah pada wilayah zona hijau, yakni membuat ajuan kepada Dinas Pendidikan, melengkapi video profit, surat persetujuan orang tua, dan membuat program pembelajaran.

5.       Langkah-langkah yang harus ditaati pada saat berada di sekolah sesuai protokol kesehatan, dapat dilihat dari tanyangan berikut https://youtu.be/1r4dS-z9qFw

6.       Mengenalkan lingkungan sekolah dengan cara  berfoto di lingkungan sekolah.

7.       Sering mengadakan kegian sosialisasi kepada orang tua dengan melibatkan para ahli pendidikan.

8.       Cara agar pembelajarn tidak membosankan yakni dengan memberikan pelajaran cara membuat kue.



Ada sesi yang mengejutkan di akhir perkuliahan malam ini, ternyata sekolah yang dikelola pemateri, adalah sekolah bapak menteri pendidikan kita sewaktu SD. Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A


Dari paparan materi dan  tanya jawab di atas, dapat ditarik simpulan bahwa meraih cita-cita  atau keinginan harus dengan modal tekad yang kuat. Niat yang baik akan memperbaiki citra diri  dan kehidupan kita. Maka segeralah lakukan niat baik itu.  Dengan program unggulan anak usia dini hafal juz 30, itulah target pembelajaran berkarakter. Jangan mendahulukan keuntungan. Jika nasib baik, maka kita pun akan menikmati keuntunan itu.


Semoga bermanfaat. Salam literasi! (arumliterat.blogspot.com)





Sabtu, 27 Juni 2020

Mem-branding Diri Ala Namin AB Ibnu Solihin


Resume Kuliah Menulis Online Pertemuan ke-12




“Mem-branding Diri Ala Namin” 

Hari                 : Jumat, 26 Juni 2020

Pukul               : 19.00  WIB – 21.00 WIB

Pemateri          : Namim AB Ibnu Solihin

Materi              : Membangun Branding melalui Blog dan Medsos



              








“Membranding diri tidaklah mudah” . Saya sepakat dengan pernyataan ini.  Ada berbagai  cara orang membranding dirinya.  Namun, saya menemukan ada kisah fantastik pada diri pemateri kali ini. Betapa tidak, bagaimana mungkin dari seorang Office Boy bisa menjadi seorang motivator.

Namim AB Ibnu Solihin yang dulunya hanya sebagai tukang sapu di sekolahan sekarang telah menjelma sebagai seorang founder motivatorpendidikan.com, Motivator & Trainer Pendidikan, pembicara seminar parenting, konsultan branding sekolah, dosen, blogger pendidikan, dan pegiat pendidikan.

Yang lebih mgejutkan, beliau bisa membina putra dan putinya tanpa gadget dan televisi. Sementara dunia sekarang sedang keranjingan gadget dan telivisi. Bagaiman bisa seorang  Namim AB Ibnu Solihin sukses membranding dirinya sebagai seorang motivator pendidikan dan sukes membina keluarganya tanpa gadget?

Dari tautan ini https://motivatorpendidikan.com/index.php/2015/08/29/profil-namin-ab-ibnu-solihin/  saya mendapat pembelajaran yang sangat berharga. Sosok Namim AB Ibnu Solihin telah memberikan banyak inspirasi kepada saya, bahwa untuk membrabding diri diperlukan usaha yang sungguh-sungguh. Dari kesungguhan itulah akan diperoleh kemudahan dalam berkarya.

   

Jangan terlalu bergantung kepada orang tua. Berusahalah untuk mandiri, sekalipun harus menjadi tukang sapu. Lakukan dengan sepenuh hati.



Gunakan kemampuan yang selaras dengan branding blog. Jika kita piawai dalam  dunia pendidikan, maka branding-lah diri kita dengan hal-hal yang berkaitan dengan dunia kependidikan. Jangan dicampur aduk, itu akan membuat semu tentang branding kita. Focus pada satu jenis branding saja.



Konsistensi konten dalam blog harus ditaati. Karena dari konten itulah kepribadian kita bisa terlihat. Kepribadian kita adalah cermin branding diri kita di blog.



Hal lain yang patut diteladani dari sosok Namim AB Ibnu Solihin, beliau telah membagikan secara gratis lebih dari 250 materi training di slideshare.net, materi-materi tersebut dapat dilihat dari link ini https://www.slideshare.net/mobile/naminsekolahakhlak. Telah dilihat oleh lebih dari setengah juta kali dan diunduh sekitar tujuh ribu kali setiap tahunnya.



Kita dapat mengenal lebih jauh tentang Namim AB Ibnu Solihin, memalui pertemanan di medsos. Instagram @motivatorpendidikancom.



Jejak langkah Namim AB Ibnu Solihin, bisa kita jelajahi di







Niatkan menulis untuk berbagai inspirasi. Itulah pepatah dari seorang motivator yang mengawali kegemarannya membaca novel. Andai saja waktu itu novel TSS (Tarian Sang Sinden) sudah terbit, mungkin akan dibacanya setelah beliau menulis dari pukul 08.00 sampai pukul 11.00.



Pemateri yang beristrikan orang Subang ini mempunyai motto "Jadilah pribadi yang menginspirasi, menggerakkan dan meneladani"



Untuk mewujudkan motto tersebut,  beliau mewajibkan diri untuk  terus memantaskan diri untuk menjadi pribadi yang berkualitas. berusaha agar kegiatannya selalu memiliki kebermanfaatan bagi orang lain. Ketika orang lain sudah merasakan manfaatnya, maka bersiaplah untuk menjadi pembicara, penulis, bahkan menjadi konsultan. Belajarlah terlebih dahulu. Kebermanfaatan itu akan dapat dirasakan kemudian.



Pernyataan terakhir dari pemateri yang mempunyai artikulasi kearab-araban ini adalah,  teruslah bersemangat untuk memantaskan diri menjadi pribadi yang menginspirasi, menggerakkan dan meneladani. Banyak membaca, terus belajar dengan banyak sumber. Jadilah sebaik-baik manusia yang bisa memberi manfaat untuk banyak orang.



Semoga bermanfaat. Salam literasi! (arumliterat.blogspot.com). URANG SUBANG





















Rabu, 24 Juni 2020

Kepala sekolah Idaman


Resume Kuliah Menulis Online Pertemuan ke-11






Hari             : Rabut, 24 Juni 2020

Pukul           : 19.00  WIB – 21.00 WIB

Pemateri      : Dedi Dwitagama

Materi         : Mendokumentasikan Kegiatan melaui Blog

Penulis        : Arum Handayani







Sekilas mengenal sosok pemateri malam ini. Dedi Dwitagma adalah seorang Pendidik, Trainer, Nara Sumber dan Motivator bidang Pendidikan, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, HIV/AIDS, Kepemimpinan, Berbicara dimuka Umum, Teknologi Informasi, Menulis Kreatif/Creative Writing, Pendidikan Karakter dan Komunikasi/TIK.

Bersinergi dengan beberapa lembaga internasional dan domestik. Aktif berorganisasi, dan segudang prestasi lainnya yang mewarnai karier beliau. Saat ini beliau mengajarkan matematika di SMKN 50 Jakarta. Menulis di blog sejak 2005. blog dokumentasi perjalanannya dari sabang hingga merauke dan beberapa  negara di dunia dapat dilihat pada link berikut http://trainerkita.wordpress.com

Sang Magister Sains Matematika Industri Jurusan Statistik – ITS Surabaya ini menyukai fotografi yang diunggah di istagramnya. Beliau juga penggemar youtube.

Menurut sang Magister Manajeman SDM STIE IPWI Jakarta yang lulus pada tahun 1998 ini, blog adalah catatan atau dokumentasi seseorang atau sebuah organisasi yang ditayangkan di internet berbasis web dan bisa diakses oleh orang sedunia. Media blog pertama kali dipopulerkan oleh Blogger.com, yang dimiliki oleh Pyra Labs sebelum akhirnya diakuisisi oleh Google pada akhir tahun 2002. Semenjak itu, banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat sumber terbuka yang diperuntukkan kepada perkembangan para penulis blog tersebut.

 Blog pertamanya diawali tahun 2005,  masih tayang hingga saat ini http://dwitagama.blogspot.com kemudian hijrah ke wordpress, https://dedidwitagama.wordpress.com. Lebih dari 4.100 artikel yang di tulis dari hasil ngeblognya selama 13 tahun. Ada sekitar dua juta kali dengan hampir 600.000 pengunjung.

Menurut Dedi, Manfaat blog adalah untuk mendokumentasikan kegiatan, perjalanan, ide-ide, keresahan, atau apa saja yang bisa disampaikan secara lisan pada rapat di sekolah atau yang tak bisa disampaikan pada siapapun. Seperti keranjang yang saya titip di dunia maya.

Selanjutnya pendalam materi tentnag blog disampaikan melalui tanya jawab dari peserta pelatihan. Dari hasil tanya jawab tersebut dipeoleh pernyataan bahwa sejak  2007 wordpress muncul, seperti pola di dunia teknologi, edisi terbaru umumnya memiliki banyak kelebihan dan keunggulan dibanding pendahulunya, skarang wordpress sudah ada app-nya di android dan iphone.

Menulis bisa dilakukan kapan saja,  saat ide muncul, tulislah! Tak perlu diedit, langsung tayangkan saja. Usahakan makin sering menulis, karena pengalaman menulis kita secara otomatis akan meningkatkan mutu tulisan, plus sering berkunjung ke blog teman sebagai pembanding. Balas komentar pembaca blog kita, hal itu akan meningkatkan motivasi menulis..

Supaya blog kita banyak pegunjungnya, kita harus megunjungi blog orang lain, memberi komentar dan membalas komentar di blog kita.

Simpulan materi malam ini, manusia yang  baik adalah manusia yang bermanfaat buat orang lain. Jika tulisan kita di blog dapat bemanfaat, maka itulah kebaikan yang sudah kita perbuat.  Menulis di blog mendokumentasika apa saja yang terlintas, setelah itu kita dapat menikmati hasilnya.

Semoga bermanfat. Salam Literasi

Senin, 22 Juni 2020

Tiga Salah Paham Guru Mengenai Kegiatan Penelitian



3 Salah Paham Guru mengenai Kegiatan Penelitian.

Dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada tantangan berat. Dilema pilihan terkait proses kegiatan belajar mengajar. Satu sisi proses kegiatan KBM harus berjalan normal. Namun, di sisi lain kenormalan harus disertai protokol kesehatan.

Berdasarkan kenyataan itu, sangat diperlukan strategi-strategi pembelajaran yang dapat menyelesaikan permasalan tersebut. Strategi pembelajaran seperti apa yang mangkus dan sangkil untuk menghadapi pembelajaran dalam situasi pandemi Covid -19?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, guru dapat melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).  Hasil PTK tersebut dapat direkomendasikan pada pihak sekolah. Namun sayangnya, tidak semua guru memahami manfaat sebuah penelitian.

Terdapat 3 kesalahpahaman guru mengenai kegiatan penelitian

1.      Penelitian dilakukan untuk persyaratan kenaikan pangkat dan golongan.

Biasanya guru melakukan PTK bertujuan untuk melengkapi berkas kenaikan pangkat atau golongan. Sangat jarang menemukan guru melakukan PTK untuk meningkatkan hasil pembelajaran secara murni. Bahkan, saat ini ada biro jasa pembuatan PTK. Guru tinggal membayar dengan sejumlah uang, maka selesailah PTK.

2.      Penelitian menghabiskan waktu dan biaya

PTK sebenarnya bisa dilakukan sambil menunaikan tugas mengajar sebagai guru. Waktu yang digunakan seiring berjalannya jadwal yang sedang dijalani. Tidak harus menyisihkan waktu khusus, sehingga menggangu pekerjaan pokok. Biaya yang diperlukan bisa mengajukan kepada  kepala sekolah, karena sudah tersedia alokasi untuk peningkatan kinerja guru.

3.      Penelitian bukan tugas guru

Tugas guru di antaranya adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Dari tugas-tugas tersebut tidak ada yang mengarahkan guru harus melakukan penelitian. Maka tugas penelitian tidak dibebankan kepada guru.



Kesalahpahaman ini harus segera ditepis. Karena penelitian bukan hanya sekadar untuk persyaratan kenaika golongan, tetapi untuk meningkatkan hasil belajar. Waktu dan biaya tidak menjadi penghalang sebah penenelitian. Guru yang paham betul tentang proses pembelajaran, maka gurulah yang harus melakukan penelitian.

Jumat, 19 Juni 2020

“Qoyyidul’ilma bil-kitabi”


 


QOYYIDUL'ILMA BIL-KITABI






Hari                 : Jumat, 20 Juni 2020

Pukul               : 19.00  WIB – 21.00 WIB

Pemateri          : Siska Distiana, S.Pd

Materi              : Ragam Tulisan Non-Fiksi







Ada nuansa yang berbeda pelatihan menulis malam ini. Kali ini pemateri memaparkan materinya melalui voice note. Saya sangat menyambut dengan gembira karena cara seperti ini akan lebih memudahkan peserta dalam memahami materi. Khususnya bagi saya yang bermasalah dalam hal membaca. Seiring bertabahnya usia membaca teks pada layar monitor di malam hari memang agak kurang nyaman.

Paparan diawali dari sabda Rasulullah “Qoyyidul’ilma bil-kitabi” ikatlah ilmu dengan tulisan. Sebelum paparan tentang ragam tulisan nonfiksi dibahas lebih jauh, berikut adalah 3 alasan mengapa kita harus menulis.

1.      Knowledge management / pengelolaan pengetahuan

2.      Copyright milestone / jejak langkah karya

3.      Paten / legalisasi gagasan



Pengertian

Nonfiksi yaitu yang tidak bersifat fksi tetapi berdasarkan kenyataan (KBBI). Dalam konteks karya atau tulisan, fiksi berarti karya informatif  dimana penulis bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan akurasi informasi yang disajikannya





Ragam Tulisan Nonfiksi



1.      Berita.

Berita adalah  cerita atau keterangan mengenai kejadian peristiwa hangat (KBBI).

Teknis menulis berita ada 2 yakni: hard news, penyampaiannya to the point, tidak bertele-tele, lugas, dan singkat.  Feature yakni artikel kreatif yang bersifat informative dan menghibur










2.      Esai

Esai adalah karangan prosa yang membahas masalah sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Sering juga disebut sebagai opini



     Contoh esai

STOP Jadi Orang Tua Egois!

 Siska Distiana




Belajar dari “Taare Zameen Par” Beberapa waktu lalu, untuk kesekian kalinya, saya nonton “Taare Zameen Par”. Sudah berkali-kali saya tonton film itu, tapi belum bosan juga. Bukan karena ada Aamir Khan, aktor India favorit saya, tapi karena kisah di film itu yang demikian memikat saya. 



Taare Zameen Par bercerita tentang seorang anak disleksia yang tidak mendapat pertolongan yang tepat. Di sekolah pertama, si anak dianggap anak bodoh hingga guru dan Kepala Sekolah-nya menyerah. Pindah ke sekolah kedua, jangankan mendapat perawatan yang baik terhadap disleksia-nya, si anak justru depresi karena dipindahkan ke sekolah berasrama yang jauh dari keluarganya. Ditambah lagi pola studi di sekolah kedua yang menuntut setiap anak tampil brilian dan sempurna, membuat si anak tak lagi mempunyai semangat bahkan untuk melakukan hobinya : menggambar. 



Keadaan berangsur membaik ketika ada seorang guru baru yang bersedia merepotkan dirinya sendiri untuk mencari tahu permasalahan si anak dan membantunya sembuh dari disleksia. Tidak hanya itu, tapi si guru juga mengembalikan kepercayaan diri si anak dengan mendesain perlombaan gambar yang melibatkan seluruh warga sekolah. Si guru mengetahui bahwa si anak memiliki bakat melukis, sehingga keluarlah si anak menjadi juara dan karya lukisnya dijadikan sampul buku tahunan sekolah. Ah, bahagianya memiliki guru seperti ini. Tapi kali ini saya tidak membahas mengenai guru dan sekolah, jadi mari kembali pada orangtua si anak. 



Diceritakan dalam film tersebut, orangtua si anak, terutama ayah, juga adalah sosok orangtua yang perfeksionis. Ia selalu mengharapkan anaknya menjadi juara dan tidak memberikan toleransi pada kegagalan. Dapat ditebak betapa kecewanya ia saat menemui kenyataan anak bungsunya tidak bisa membaca dan menulis dengan benar, sedangkan kakaknya (si sulung) adalah anak dengan prestasi cemerlang. Si bungsu selalu dianggap anak bodoh, bandel dan nakal oleh ayahnya, sehingga si ayah mengasuhnya dengan bentakan, teriakan, makian, bahkan tamparan. 



Pertama kali saya nonton film itu, saya masih single kala itu, komentar saya datar saja “Kasihan ya..”. Tapi kemarin, saya nonton kembali film tersebut saat saya sudah menikah dan memiliki seorang putri. Saya jadi tercenung, dalam hati bergumam “Alangkah egoisnya kita orangtua..” 



Egoisnya Orangtua  Sebelum membahas lebih lanjut, meski sudah menjadi istilah umum, tidak ada salahnya kita samakan persepsi dulu mengenai “egois”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, egois berarti orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Masih menurut KBBI online, egois juga adalah definisi untuk mereka penganut teori egoisme.



Egoisme sendiri didefinisikan Wikipedia sebagai motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Well, ‘gawat’ juga ya ‘paham’ egoisme ini 



Kembali ke film “Taare Zameen Par” yang sudah saya ulas di atas. Ya, saya katakan orangtua si anak disleksia adalah orangtua yang egois. Kenapa demikian? Ada beberapa pemikiran yang membuat saya menyimpulkan seperti itu :



Ego mencari kepuasan dan kenyamanan diri. Saat mengetahui anaknya bermasalah dengan aktivitas membaca dan menulis sehingga mengakibatkan nilainya selalu jelek, si orangtua langsung menggunakan standar kepuasan dan kenyamanannya, bahwa anak yang baik adalah anak yang berprestasi. Dan orangtua akan puas dan nyaman jika si anak menurut dan berprestasi di sekolahnya. Jika anak tidak memenuhi standar tersebut apa yang terjadi? Orangtua memberikan label anak bodoh dan bebas memarahi anak jika tak juga memenuhi standar orangtua, tanpa pernah bertanya “Nak, sebenarnya apa yang kamu inginkan?” 



Ego memecahkan masalah anak. Setelah memutuskan si anak bodoh (karena tidak juga bisa baca tulis dengan benar), si orangtua cepat-cepat mencarikan sekolah baru karena sekolah lama menyerah. Sekolah baru ini terkenal sebagai sekolah favorit yang menghasilkan banyak orang sukses. Sayangnya, orangtua si anak tersebut tidak pernah bertanya “Nak, kenapa kamu belum bisa menulis dengan benar? Ada masalahkah?” atau mencoba mencari tahu dengan berkonsultasi pada ahlinya. Si orangtua langsung mengambil keputusan bahwa untuk anak seperti ini ‘obatnya’ adalah disekolahkan di tempat seperti ini. Akibatnya apa? Depresi 



Ego sumber masalah ada pada anak. Pada film tersebut, si orangtua membebankan permasalahan pada diri anak. Orangtua menganggap anaklah sumber permasalahan, tanpa pernah sedikitpun mengevaluasi dirinya. Si orangtua menganggap dirinya selalu benar dan tak sedikitpun punya andil kesalahan penyebab masalah yang menimpa si anak



Saat menulis artikel ini, saya menemukan artikel menarik dari website-nya Sekolah Orangtua (www.sekolahorangtua.com), judulnya “Ada 3 Tipe Orangtua : Anda tipe yang mana?”. Pada artikel tersebut diulas mengenai tiga tipe orangtua, yaitu orangtua pencegah masalah, orangtua pencari solusi, dan orangtua tahu beres. Nah, si orangtua pada film Taare Zameen Par adalah tipe orangtua ketiga. 



Menurut Sekolah Orangtua, orangtua tahu beres adalah mereka yang menyerahkan kepada orang lain permasalahan anak mereka untuk diselesaikan, tanpa mereka mau terlibat menyelesaikannya. Orangtua tipe ketiga sering tidak menyadari bahwa permasalahan anaknya bersumber dari pendekatan yang salah yang mereka lakukan sejak anak tersebut menjalani proses tumbuh kembangnya. Orangtua tipe ketiga sering menganggap bahwa anaklah yang sepenuhnya bertanggung jawab atas masalahnya. Mereka benar-benar susah untuk menerima kenyataan bahwa merekalah pemicu utama dari tindakan anakanaknya.



Mengapa bisa begitu? Karena pada awal mulanya anak-anak hanya merespon sikap dan tindakan orangtuanya. Ketika orangtua mengulangi sikap dan tindakannya maka si anak juga mengulang respon yang sama. Dan akhirnya karena sering diulang maka hal ini menjadi kebiasaan dan karakter si anak. Demikian jelas Sekolah Orangtua. 



Oke, Taare Zameen Par angkat permasalahan anak yang ‘agak’ berat mengenai disleksia yang membutuhkan penanganan khusus. Lalu, bagaimana dengan praktik dalam keseharian kita para orangtua awam yang tidak menemui masalah seperti itu? Egois jugakah kita? 



Tulisan ini juga merupakan hasil perenungan saya dalam praktik pengasuhan yang saya lakukan pada putri kecil saya. Selebihnya juga adalah hasil observasi terhadap para orangtua yang saya temui, baik di lingkungan rumah, kantor, maupun di tempat-tempat umum yang hanya selintas bertemu. 



Dan, hasil perenungan juga observasi yang saya lakukan adalah, sorry to say, kebanyakan orangtua yang saya jumpai adalah orangtua yang (masih) egois. Tiga parameter ke-egois-an yang saya buat untuk menganalisa orangtua di film Taare Zameen Par di atas dapat kita jadikan parameter juga untuk menganalisa diri kita para orangtua :



1. Ego mencari kepuasan dan kenyamanan diri Apakah kita masih sering mengatakan hal-hal berikut :  “Adek, diem dooong, Bunda lagi capek nih!”  “Kakak, jangan ganggu ah, Ayah lagi jawab whatsapp penting nih!” atau “Kakak, aduuh jangan mainin hp ayah doong, mahal itu, nanti rusak!”  “Awas, jangan lari-larian, jangan teriak-teriak, berisik!” atau “Awas, pelan-pelan nanti jatuh, rewel lagi nanti!” 2. Ego memecahkan masalah anak Coba yang ini, pernahkah kita katakan atau lakukan pada anak-anak kita :  “Udah sini, Mama aja yang nyuapin, tuh kan berantakan makannya!”  “Kamu lama amat sih pake bajunya, sini Ibu aja yang pakein!” 3. Ego sumber masalah ada pada anak Kalo yang ini, bagaimana :  “Bodoh amat sih kamu, diajarin dari kemarin nggak ngerti-ngerti!!”  “Kenapa ya, anak saya kok ngomongnya suka teriak-teriak? Apa nggak bisa ngomong pelan” (ini curhatan seorang ibu, di rumahnya ia dan keluarga yang lain suka memanggil atau memerintah si anak dengan teriakan)



STOP Egois Anak adalah anugerah terindah dari Sang Maha Kuasa, maka setiap mereka adalah baik. Jika pada pertumbuhannya atau saat dewasanya si anak berubah menjadi tidak baik, maka yakinlah bahwa kita para orangtua punya andil besar. 



Nah, bagaimana caranya agar tidak menjadi orangtua yang egois?  Pertama, tanamkan baik-baik dalam benak kita bahwa setiap anak adalah baik dan terima mereka apa adanya. Selanjutnya, lakukan pola pengasuhan sesuai tuntunan Rasulullah Muhammad saw, yaitu melalui tiga fase :  Fase 0 – 7 tahun : anak adalah raja. Fase ini mengiringi fase tumbuh kembang otak anak yang sangat pesat. Maka biarkan mereka mengeksplorasi diri dan lingkungannya, namun tetap perhatikan keselamatannya. Sedapat mungkin minimalisir larangan karena hanya akan membuat dia semakin penasaran dan akan mencoba melakukan larangan itu di belakang kita  Fase 7 – 14 tahun : anak adalah prajurit (ada juga yang mengatakan ‘pembantu’). Fase ini adalah fase pengenalan dan pemberlakukan peraturan, fase pengenalan baik dan buruk, benar dan salah. Peraturan harus ditegakkan, tapi tak perlu menggunakan kekerasan  Fase 14 – 21 tahun : anak adalah sahabat (ada juga yang mengatakan ‘menteri’). Layaknya sahabat atau menteri, maka ia sudah mulai dilibatkan dalam diskusi keluarga. Juga mulai dapat diajak berbincang dan dimintai pendapat



Last but not the least, kedepankan selalu komunikasi yang humanis penuh cinta kasih (istilah saya: KOMUNIKASIH) di setiap tahapan usianya. Dan, perlakukan anak secara manusiawi, karena ia juga punya hati yang perasa seperti hati kita orang dewasa, ia juga punya pikiran yang berpikir seperti kita orang dewasa. 



Akhirnya, Selamat Hari Anak Nasional, mari selamatkan anak-anak Indonesia dengan tidak menjadi orangtua yang egois!  





3.      Catatan Perjalanan

Catatan perjalanan adalah tulisan tentang proses sebuah perjalanan atau ulasan tentang apa yang ditemui dalam perjalanan tersebut. Misalnya ulasan mengenai temoat yang dikunjungi, budaya daerah, makanan khas, dan seterusnya.

Contoh tulisan catatan perjalanan dapat diunduh dari link berikut:









4.      Artikel Informatif

Artikel informative adalah tulisan yang berisi informasi tentang suatu hal. Tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan pembaca. Isinya murni informatif. Dalam bahasa popular sering pula disebut dengan “artikel feature”











Contoh artikel informatif

Kenapa Kita Harus Jadi Relawan?

Siska Distiana



Sahabat, kenapa sih kita harus jadi relawan? Kan capek! Iya benar, memang capek menjadi relawan. Namun, ada yang lebih penting dari sekadar capek. Ada yang lebih besar dari sekadar mengikuti ego diri. Ada yang lebih krusial dari sekadar memenuhi nafsu pribadi. Apakah itu? Simak ulasan berikut ini!

Sebelum mengupas tentang alasan mengapa harus melakukan kerja kerelawanan, ada baiknya kita menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang apa itu relawan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan relawan dari kata sukarelawan, yaitu orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan). 

Hal ini senada dengan definisi relawan secara internasional. Relawan dalam Bahasa Inggris disebut dengan volunteer. Menurut Cambridge Dictionary, volunteer is a person who does something, especially helping other people, willingly and without being forced or paid to do it. 

Ya, kekinian kata relawan memang selalu dikaitkan dengan pekerjaan untuk membantu orang lain atau menyelesaikan permasalahan orang lain. Namun pekerjaan tersebut dilakukan dengan kemauan sendiri dan tanpa pamrih. 

Lalu kenapa kita harus jadi relawan? Dalam Islam, Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Khairunnaas anfa’uhum linnaas.” Hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, At-Thabrani dan AdDaruqutni ini berarti, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”

Hadis inilah yang menjadi esensi dari kerja-kerja kerelawanan, yaitu untuk memberikan kemanfaatan bagi manusia yang lain. Dengan demikian dirinya sendiri dapat digolongkan sebagai sebaik-baiknya manusia. 

Namun ternyata, menjadi relawan tidak hanya tentang memberikan manfaat saja. Ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dengan menjadi relawan. Berikut ini beberapa di antaranya:

1. Membangun keterampilan sosial dan keterampilan menjalin hubungan Hal ini terutama bagi Sahabat yang memiliki karakter pemalu dan tertutup. Dengan menjadi relawan, dapat membantu Sahabat untuk mencoba membuka diri dan memulai obrolan dengan orang baru. Pada akhirnya, ini dapat mengasah keterampilan Sahabat dalam bersosialisasi dan menjalin pertemanan.



2. Membantu membangun jaringan Manfaat ini bisa didapatkan ketika Sahabat melakukan kerja kerelawanan dengan bergabung pada satu komunitas atau lembaga tertentu. Banyaknya orang baru yang terlibat dan ditemui di sana bisa menjadi jaringan baru bagi Sahabat. Jaringan ini bisa Sahabat manfaatkan untuk mengembangkan diri, misalkan untuk ekspansi bisnis.



3. Memberikan pengalaman berharga Kerja kerelawanan yang dilakukan bisa jadi berbeda dengan aktivitas yang Sahabat lakukan sehari-hari. Hal ini tentu saja akan menjadi pengalaman berharga. Bahkan bisa jadi Sahabat juga akan mendapatkan keterampilan baru dengan terjun menjadi relawan.



4. Mengasah kepekaan Kerja kerelawanan biasanya diidentikkan dengan membantu orang lain yang sedang kesusahan atau terkena bencana. Dengan terjun di dalamnya, Sahabat dapat mengasah empati dan kepekaan hati melihat kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Hal ini menjadi modal yang sangat berarti dalam menjalin hubungan sosial baik di lingkungan pekerjaan maupun masyarakat.



5. Membantu meningkatkan kualitas hidup Banyak studi mengungkapkan bahwa dengan menjadi relawan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup. Secara lahir, relawan jadi lebih bugar karena sering bergerak. Secara batin, menjadi relawan ternyata dapat mengurangi tingkat kecemasan, stres, dan amarah, serta membuat hati menjadi lebih bahagia. Selain itu, seorang yang sering terlibat dalam kerelawanan juga terbukti lebih percaya diri.



6. Memberikan kepuasan dan kecanduan berbuat baik Berbuat baik itu candu. Maka Sahabat harus bersiap-bersiap kecanduan berbuat baik setelah mencoba menjadi relawan. Menatap senyum bahagia mereka yang terbantu dan ungkapan terima kasih mereka, memberikan kepuasan tersendiri pada batin sehingga memicu untuk terus berbuat baik.



7. Menjadi manusia seutuhnya Last but not the least, menjadi relawan itu bisa membentuk Sahabat menjadi manusia seutuhnya. Ya, manusia yang tidak hanya memiliki karsa atau kehendak saja, tapi juga memiliki rasa, mempertajam nurani. Dengan demikian, Sahabat dapat lebih peka, lebih berempati, dan lebih memiliki keinginan untuk memberikan manfaat bagi orang lain.



Nah, seru kan Sahabat menjadi seorang relawan itu?! Maka, yuk  persiapkan diri Sahabat untuk bermanfaat bagi orang lain dengan cara jadi relawan. Bagaimana cara untuk jadi relawan, nanti kita akan ulas di artikel berikutnya ya!  Sahabat juga bisa menjadi relawan di Gerak Bareng, lho! Mari sama-sama kita tebarkan kebahagiaan bagi orang lain dengan melakukan kebaikan. 





5.      Best Practice

Best Practice adalah tulisan tentang pengalama terbaik dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Biasanya dibuat oleh para pendidik atau mereka yang terlibat dalam pendidikan. Selain sebagai lesson study, produk tulisan Best Practice juga bisa menjadi masukan bagi pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan



                                                                     Contoh BP





Paparan materi diakhiri dengan jata-kata bijak dari Pramodya Ananta Toer “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Semoga bermanfaat. Salam Literasi. (arumliterat.blogspot.com)

Jumat Berkah di SDN Karanganyar

  Masya Allah Tabarakallah, rezeki buat anak-anak soleh dan solehan siswa SDN Karanganyar. Hari ini, Jumat, 01 September 2023 ada seorang ha...