AGUNG
PARDINI
Resume
Materi Belajar Menulis Gelombang 12
Pertemuan
05 : Rabu, 10 Juni 2020
Waktu :
Pukul 19.00 – 21.00 WIB
Pemateri :
Agung Pardini
Penulis :
Arum Handayani_ SMPN 3 Subang (arumhandayani335@gmail.com)
Berikut
adalah deskripsi tentang pemateri.
Kecintaannya
terhadap kisah-kisah kepahlawan mengantarkannya
menjadi guru sejarah dan IPS sejak tahun 2001. Saat pertama kali
mengajar, guru yang bernama asli Agung Pardini ini kala itu masih menempuh S1
Pendidikan Sejarah dengan tambahan program minor Antropologi di Universitas
Negeri Jakarta (UNJ). Dalam waktu
delapan tahun (2001-2008), setidaknya pernah mendapat kesempatan mengajar pada
belasan institusi yang berbeda, mulai dari sekolah formal (SMP dan SMA),
Bimbingan Belajar, Program Pengayaan Ujian, hingga Pembelajaran Paket
Non-Formal atau PKBM.
Sejak
tahun 2008 hingga sekarang ini, Guru Agung aktif di lembaga kemanusiaan Dompet
Dhuafa untuk menjalankan amanah pengelolaan dana zakat, infaq, dan shodaqoh
agar disalurkan menjadi program-program pemberdayaan di bidang pendidikan bagi
kemajuan ummat. Mula-mula ia bertugas sebagai trainer pendidikan untuk melatih
ribuan guru yang mengabdi di sekolah-sekolah marjinal di berbagai wilayah Indonesia.
Selain
melatih para guru, bersama rekan-rekan satu timnya di Dompet Dhuafa, Guru Agung
di beri beragam amanah untuk merancang dan mengelola program-program inovatif
di bidang pendidikan yang berhasil menjangkau hingga 34 provinsi.
Program-program
tersebut antara lain:
1.
Pendampingan
Sekolah dan Pengembangan Guru di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi
(Donatur: JICA), 2008-2010
2.
Pendampingan
Sekolah Berdaya di Sumatera Barat Pasca Gempa Bumi besar, 2010-2012
3.
Pelatihan
Guru Cerdas Literasi (Donatur: Hypermart), 2010
4.
Pelatihan
Guru Cerdas Literasi (Donatur: Majelis Taklim Telkomsel), 2009
5.
Pengembangan
Sekolah Cerdas Literasi (Donatur: Trakindo), 2010-2013
6.
Pendampingan
SMK Unggulan Bidang Alat Berat (Donatur: Trakindo), 2013
7.
Pendampingan
Sekolah-Sekolah di Perbatasan Indonesia: 2012-2013
8.
Pengiriman
Guru-Guru SGI (Sekolah Guru Indonesia) ke berbagai wilayah pelosok atau 3T,
2014-2015
9.
Membentuk
School of Master Teacher di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan NTB,
2014-2020
10. Mengembangkan alat ukur performa Sekolah yang disebut MPC,
2012-2013
11. Mengadakan diklat kepala sekolah: Milenial Leader, 2019
12. Membangun kerjasama penyelenggaraan kelas Magister Manajemen
Pendidikan Islam bersama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016-2018
13. Mengembangkan model Sepuluh Kepemimpian Guru Indonesia dan Gerakan
Transformasi Kelas Ajar, 2018-2020 hingga 30 provinsi. Hingga saat ini masih
bekerja
Berikut identitas
lainnya tentang sosok pemateri
Nama
Lengkap : Agung Pardini
Nama
Panggilan : Guru Agung
Tempat,
Tanggal Lahir : 28 Jumaddil Awwal 1401 H.
Agama : Islam
Status : Menikah, 1 istri, 0 anak
Alamat
Rumah : Kandang Roda RT 03/04, No. 82 Kel. Nanggewer
Kec. Cibinong
Kab.Bogor Jabar 16912
E-mail : guruagungpardini@gmail.com
FB :
Guru Agung
Twitter : @GuruAgungPD
Riwayat
Kariernya
2001
– 2008 : Pengajar di banyak lembaga pendidikan
non-formal
2006
– 2007 : Korektor Buku Mata Pelajaran (Asisten
Editor) di ESIS / Erlangga
2008
– 2012 : Trainer dan Konsultan Pendidikan di MAKMAL
PENDIDIKAN LPI-DD
2012
– 2014 : Manajer Pengembangan Kualitas Pendidikan
MAKMAL PENDIDIKAN
2010
– skrg : Pengasuh
PAUD Nusa Indah Cibinong
2014
– 2016 : Direktur Sekolah Guru Indonesia
2016
– skrg : Master Teacher Sekolah Guru Indonesia
2017
– 2018 : GM Sekolah SMART Ekselensia Indoensia Dompet
Dhuafa
2019
– skrg : GM Sekolah Kepemimpinan Bangsa yang
mengelola Bestudi ETOS.ID dan Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA)
Tulisan
artikelnya
1. Sekolah
Berbasis Masyarakat Jurnal Bogor, 17
Oktober 2009 Opini
2.
Mengajar
Siswa Gemar Membaca Radar Bogor, 8
Maret 2010 Opini
3.
Pendidikan
dalam Alienasi Birokrasi Koran Tempo, 16
Mei 2013 Opini – Advertorial
4.
Transformasi
Kelas Ajar, Opini Republika, Januari 2020
Karya
bukunya
1.
Menabung
Gula untuk Pendidikan (Saving Palm Sugars for The Education) MM – JICA, 2010 Bersama tim Masyarakat Mandiri
2.
Penyulut
Jiwa di Kampung Hatta Makmal DD,
2012 Bersama Surya Hanafi, dkk
3.
Bangunlah
Jiwanya, Bangunlah Raganya Makmal
DD, 2012 Bersama Purwo Udiutomo
4.
Sekolah
Ramah Hijau Makmal DD, 2013 Bersama Zayd Sayfullah, dkk
5.
Besar
Janji daripada Bukti Makmal DD, 2013 Bersama tim
6.
Bagaimana
ini Bagaimana itu Makmal DD, 2014 Bersama tim Makmal
Sebagai
Pembicara/Narasumber (Non-Training)
1.
Konferensi
Nasional Sejarah VIII, dengan membawakan makalah yang berjudul “Media Islam
Revivalis Jakarta, 2006 800 orang Kembudpar
dan MSI
2.
Seminar
Pendidikan : Gelipa untuk Pendidikan Sukabumi, 2 Februari 2010 100 orang MM – JICA
3.
Lokakarya
Daerah Gerakan Rakyat KAMMI Bogor Bogor,
Maret 2010 30 orang KAMMI IPB
4.
Seminar:
Menjadi Remaja Muslim Trendsetter Sentul, 22 Agustus 2010 150orang
5.
Talkshow:
Seni dalam Sejarah Islam Bogor, Agustus
2012 200 orang (siswa)Sekolah Bosowa Bina
Insani Bogor
6.
Simposium
Pendidikan Nasional Depok, 30 Oktober 2013. 200 orang Makmal Pendidikan DD
7.
Seminar
Pendidikan dan Museum Jakarta, November 2015150 .orang Museum se-DKI Jakarta
8.
Studium
General School Master Teacher Makassar, Mataram, Padang, dan Medan, 2015 Sekolah
Guru Indonesia DD
9.
Seminar
Nasional Ikatan Mahasiswa Kependidikan Seluruh Indonesia Semarang, 2016. 500
orang IMAKIPSI
Seminar Pendidikan Ikatan Mahasiswa Kependidikan Seluruh Indonesia
Tingkat SumateraPalembang, 2016.300 orang IMAKIPSI
11. Seminar Nasional Pendidikan Klaten,
2016.200 orang Universitas Widya Klaten
12. Seminar dan Workshop Keguruan Bogor,
2017 200 orang UIKA Bogor
13. Social Leader Training Tingkat Nasional Bogor 2018 100 orang Sekolah Kepemimpinan bangsa
14. Future Leader Camp 2019
15. Young Leader Camp 2019 di Bandung, Bogor, dan Lubuk Linggau
16. Young Leader Regional Camp
di Solo 2019
17. Muktamar Young Leader di
Semarang 2020
18. Sociopreneur Camp 2019 di Yogya
19. Studium Generale Sekolah Pasca Sarjana UNY, 2020.
20. Studium Generale UNNES 2020
21. Studium Generale PGSD UNNES Tegal 2020
22. Seminar Pendidikan di UNPAS Bandung, 2020
Pemateri
Pelatihan Guru (Public Training)
1.
Publik
Training (Hari Guru) Tema: Kondisi Guru Indonesia Bogor, 25 November 2008
2.
Publik
Training (Hari Guru) Tema: Guru Bergerak Depok,
25 November 2009
3.
Publik
Training (Hari Guru) Tema: Pembelajaran Efektif Jakarta,
25 November 2012
4.
Publik
Training (One Trainer Interactive Show) Tema: Inspirasi Guru untuk BangsaAula
Kantor Gubernur NTB, 1 Agustus 2010
5.
Publik
Training dalam rangka Launching buku “Besar Janji daripada Bukti”, Tema: Guru
Kreatif Maros dan Garut,
November – Desember 2013
6.
Publik
Training, Guru Kreatif di Serang Banten, 2014
7.
Publik
Training, Guru Kreatif di Lhokseuwe Aceh, 2014
8.
Pelatihan
Guru Pertamina di Cirebon, 2019
9.
Indonesia
Teacher Leader Camp 2020 di Sulawesi Selatan
Ini adalah karya tulis yang
terakhir
“Pemimpin!
Goeroe! Alangkah haibatnya pekerdjaan mendjadi pemimpin di dalam sekolah,
mendjadi goeroe di dalam arti jang spesiaal, ja’ni mendjadi pembentoek akal dan
djiwa anak-anak! Teroetama sekali di jaman kebangoenan! Hari kemoediannja
manoesia adalah di dalam tangan si Goeroe itoe…”
Bung Karno, Di Bawah Bendera Revolusi, 1964: 612-613
Bung Karno, Di Bawah Bendera Revolusi, 1964: 612-613
Dalam
dua dekade terakhir, beragam agenda besar reformasi pendidikan di Indonesia
telah digulirkan. Beraneka macam kebijakan, mulai dari penetapan empat macam
undang-undang di ranah pendidikan, hingga tiga kali pergantian kurikulum
dilengkapi dengan tiga kali perubahan peraturan pemerintah tentang standar
nasional pendidikan dalam kepemimpinan tiga orang Presiden masih belum banyak
menghapus rona buram dalam wajah pendidikan di negeri ini. Kualitas pendidikan
kita nyatanya masih jalan di tempat!
Upaya
perbaikan pendidikan jika tidak menyentuh hingga ke ranah peningkatan mutu
pembelajaran di kelas-kelas ajar maka hasilnya akan sia-sia belaka. Memasuki
tantangan pendidikan pada dasawarsa ketiga di Abad ke-21 ini, maka diperlukan
perlibatan aktif dari semua guru merekonstruksi ulang wajah pendidikan di mulai
dari perbaikan kualitas pembelajaran di kelas.
Wacana
prestasi akademik dalam bidang pendidikan yang berpangkal pada falsafah
positivistik kini telah mulai bergeser menuju wacana perkembangan manusia yang
lebih humanis. Sudut pandang baru ini mendorong agar setiap satuan pendidikan
dapat menyesuaikan model pendidikannya dengan kebutuhan setiap siswa di masa
depan. Bukan lagi dengan menentukan apa yang seharusnya dipelajari oleh siswa
di masa sekarang, sebab siswa adalah pemilik zamannya sendiri.
Perubahan
besar dunia tentang cara manusia untuk hidup, berkomunikasi, berpikir, dan
mencukupi kesejahteraan juga telah mendesak dipikirkannya kembali revolusi
mendasar dalam hal pembelajaran, dunia persekolahan, dan juga paradigma
pendidikan. Revolusi ini muncul agar dapat mengimbangi semakin membesarnya
kekuatan revolusi informasi. Setiap satuan pendidikan pun dipaksa untuk
mentransformasi fungsi pembelajaran di kelas terutama ketika siswa di hari ini
memiliki kemudahan untuk mengakses segala informasi terkait dengan pembelajaran
dari internet (Dryden dan Vos, 2000: 19-21).
Transformasi
budaya yang tengah bergerak pesat dari zaman Industri menuju era Informasi
menuntut dikembangkannya definisi ulang tentang cara belajar yang baru di
sekolah (Thoman dan Jolls 2003: 7). Dominasi sains dan teknologi di era
globalisasi juga harus dibarengi dengan keseriusan dalam mempersiapkan kaum
muda untuk tumbuh di era baru yang sama sekali berbeda dengan zaman sebelumnya.
Menurut data BPS, saat ini 50 % dari penduduk usia produktif berasal dari
generasi millennials dan pada tahun 2020 hingga 2030 diperkiraan jumlahnya
mencapai 70% dari penduduk usia produktif. Para millennials kelas menengah
urban adalah generasi yang unik dengan karakter khas. Generasi ini termasuk
salah satu pemegang estafet bonus demografi Indonesia kisaran dekade 2020-2030
nanti. Generasi ini memiliki ciri creative, confidence dan connected.
Prensky
(2001) sebagaimana dikutip dalam Susan M. Drake (2013: xv) menyebut bahwa
anak-anak yang terlahir pada zaman baru ini tumbuh dan berkembang sebagai
generasi digital (digital natives) yang akrab dengan inovasi-inovasi baru.
Sedang generasi sebelumnya, yakni para pendidik di hari ini, atau yang lebih
dikenal dengan imigran digital, tidak sepenuhnya nyaman dengan kemajuan
berbagai teknologi digital yang begitu pesat, sehingga membuat pencarian dan
pertukaran informasi menjadi sangat mudah untuk dilakukan. Dengan rumah dan
kelas yang telah terhubung melalui jaringan internet, kesempatan peserta didik
untuk belajar menjadi kian meluas. Hal ini tentu tidak pernah bisa dibayangkan
pada dekade-dekade terdahulu (Louise, dkk., 2005: 303).
Namun
sayangnya lembaga-lembaga pendidikan Indonesia belum adaptif untuk mengubah
pembelajarannya (Kompas, 30-9-2018). Selain itu, Indonesia hingga hari ini juga
masih kekurangan guru unggul yang mampu menggerakkan pendidikan berkualitas.
Pemerintah saat ini tengah berusaha menggelar berbagai pelatihan untuk
mengembangkan guru penggerak yang memelopori kemajuan pendidikan di daerah
masing-masing. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menggandeng
organisasi masyarakat sipil untuk bekerja sama mengembangkan tenaga pendidik
yang berkualitas unggul (Kompas, 21-02-2020).
Walaupun
telah melalui reformasi pendidikan selama kurang lebih tiga puluh tahun, bahkan
ditambah dengan dukungan substansial dan finansial dari berbagai lembaga donor
internasional, ternyata masih sedikit sekali perubahan yang terjadi di sebagian
besar sekolah, ruang-ruang kelas dan institusi pendidikan tinggi di Indonesia
(Sopantini, 2015: 25). Walaupun seorang anak Indonesia hari ini secara umum
akan menyelesaikan pendidikan selama 12,3 tahun saat ia berusia 18 tahun,
secara rata-rata ia hanya akan menerima pembelajaran setara 7,9 tahun sekolah
karena rendahnya mutu pendidikan
(https://blogs.worldbank.org/id/eastasiapacific/pengembangan-modal-manusia-adalah-kunci-masa-depan-indonesia).
Hasil
pengukuran yang dilakukan dalam Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) tahun
2016 didapati bahwa kemampuan membaca siswa usia SD 46,83% masih berada pada
level kurang, 47,11% pada level cukup, dan hanya 6,06% yang sudah berada pada
level baik. AKSI atau yang dikenal dengan INAP (Indonesian National Assesment
Programme) merupakan pemetaan capaian pendidikan yang dilakukan oleh Puspendik
Balitbang Kemdikbud melalui survei yang sifatnya longitudinal dengan melibatkan
48.682 siswa usia SD di 1.941 sekolah dasar di 216 kabupaten (Majalah Sekolah
Dasar, September 2016).
Pada
permulaan dekade ketiga Abad ke-21 sekarang ini, pendidikan kita harus lebih
berani untuk segera melakukan lompatan besar melalui gerakan nasional #transformasikelasajar
yang akan mengubah banyak model interaksi antarelemen pembelajaran. Relasi guru
dan murid tidak cukup hanya berpindah dari pendekatan monologis menuju
dialogis, namun juga mesti kolaboratif. Pendidik beserta seluruh peserta
didiknya harus terbiasa bekerjasama dan sama-sama belajar dalam kedudukan yang
sama.
Era
guru sebagai sumber belajar nyaris berakhir. Bahkan peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran lambat laun juga akan ditanggalkan. Paradigma guru
sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subyek yang diajar merupakan cara
pandang yang sudah terlalu usang. Jika enggan untuk melompat, maka tak mungkin
kita bisa menaklukkan tantangan pendidikan dasawarsa yang ketiga dari abad ini.
Pada
era ini, sudah saatnya kita memunculkan paradigma baru Guru sebagai pemimpin!!
Agung
mempunyai perspektif yang berbeda dalam urusan penulisan dan penerbitan buku di
bidang pendidikan dan keguruan. Berdasarkan pengalamannya, bekerja di lembaga
kemanusiaan Dompet Dhuafa. Terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang mengabdi
di daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya. Di tengah keterbatasan
kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini memiliki
tantangan sendiri buat para guru-guru di sana.
Terdapat
beberapa kendala:
1.
Gaya
bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang dimaknai secara berbeda di
daerah.
2.
Penggunaan
komputer, banyak yang belum mengenal MS Office
3.
Listrik,
di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.
4.
Ejaan
yang (belum) disempurnakan
Cara
mengatasi kendala ini, salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif.
Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan akan melakukan pendampingan
dan bimbingan selama kurang lebih setahun.Tentu ini bukan tugas yang mudah.
Butuh kesabaran dari para relawan.
Dompet
Dhuafa sendiri dibangun oleh para jurnalis senior Republika di era-era awal.
Sehingga setiap program yang kami kerjakan buat pemberdayaan guru di daerah
harus memiliki produk buku atau tulisan.
Ada
beberapa ragam jenis kegiatan menulis dan berkarya yang biasa kita berikan
kepada guru-guru di pelosok.Outputnya tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK,
jurnal, media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya
Terkait
dengan percetakan, semua dibiayai oleh donasi zakat yang dikelola oleh Dompet
Dhuafa. Buku-buku ini tidak diperjual belikan. Namun, akan dibagikan secara
gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan. Ahamdulillah buku-buku
ini dapat memberi manfaat dan masukan bagi inovasi pembelajaran di daerah lain.
Agung
menyarankan agar para guru banyak membaca. Kalau tidak banyak membaca, tidak akan banyak menulis.Ini
melatih kepekaan literasi para guru.
menulis
buat para guru adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas,
kompetensi, dan rasa percaya diri.
Setiap
tahun Dompet Duafa mendapatkan donasi buku.Walau jumlahnya terbatas, ini coba
kami salurkan ke beberapa daerah pelosok. Kalau boleh jujur, sebetulnya dari
zaman dahulu pemerintah kita sdh sangat peduli untuk pengiriman buku-buku ke
sekolah-sekolah marjinal.Namun saying, Masih banyak guru yang belum termotivasi
untuk membacanya.
Salah
satu kebiasaan yang dilakukan Agung, jika datang ke sekolah, di pelosok, adalah
membongkar-bongkar lemari sekolah. Banyak buku masih terplastik rapi di dalam
dus-dus
Jawaban
atas pertanyaan pak Candra tentang kriteria guru yang baik apakah harus mempu
menulis? Guru wajib literat, bahkan multiliterat, apapun bentuk tulisannya.
Tidak harus menulis buku. Bisa PTK, jurnal penelitian, cerpen, puisi, modul,
LKS, atau mungkin kumpulan bank soal.
simpulan
1.
merangkai
kata dalam bentuk tulisan ini bukan pekerjaan mudah. Kita mesti bersabar. Kalau
mau lancar harus banyak membaca dulu.
2.
Cobalah
menulis dengan apa yang sering kita pikirkan, kita lakukan, dan yang sering
kita katakan. Buat mencari ide, butuh teman diskusi, butuh temen nongkrong
setia, butuh komunitas.
3.
Menulis
ini melatih ketajaman pikiran dan memperhalus budi pekerti. Maka menulislah,
maka engkau "ada".
Demikian resume pelatihan menulis
daring bersama Om Jay. Dengan nara sumber Agung Pardini.
Guru literat adalah guru yang mampu
menulis sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Salam literasi!(arumliterat.blogspot.com)
Mantul
BalasHapusSuper lengkap...
BalasHapus