Usia Senja, Mampukah Berkarya?
Setengah
abad lebih usiaku kini. Puji syukur pada Illahi Robbi, karena pada usia senja
ini, aku masih merasakan gairah hidup yang kian menggebu.
Penglihatanku
sudah semakin nanar. Mata ini sudah tak berbinar lagi melihat eloknya
cakrawala. Lututku sudah melemah. Kaki ini sudah tak sekuat dulu lagi untuk
menopang tubuhku yang mulai ringkih.
Namun
ada satu hal yang tak pernah surut di usia senja ini. Yakni hasrat. Ya, hasrat
untuk tetap istiqomah dalam menjalani kehidupan. Hasrat untuk mencari
kebahagian, karena hidup yang tak bahagia bagaikan kepompong tanpa ulat.
Melihat
aktivitas teman sebaya, sepertinya mereka lebih disibukkan dengan
memanjakan dirinya. Pergi kuliner
bersama teman, belanja di mall, bahkan berkunjung ke beberapa tempat wisata.
Seolah tak ada puasnya menghabiskan banyak uang. Ujung-ujungnya mereka akan
kembali pada situasi jenuh.
Tidak
! Aku tidak ingin menjadi bagian dari mereka. Walau usiaku sudah tidak muda
lagi, tapi aku yakin masih bisa produktif dan bermanfaat untuk kehidupan orang
lain. Bukankah sebaik-baiknya manuais adalah manusia yang bermanfaat?
Tak
pernah terbayangkan sedikit pun untuk menjadi penulis. Jangankan menulis,
membaca saja rasanya mata ini sudah lelah. Bukankah membaca adalah modal utama untuk
menjadi seorang penulis?
Namun,
takdir sudah memboyongku untuk menjadi seorang penulis. Ya, walaupun masih
kategori penulis kacangan. Masih jauh jika dibandingkan dengan penulis sekelas
Om Jay, kang Encon, Dodi Ahmad Fauzi,
Prawiro, Erni Wardani, Iyus Rustandi, dan sederet penulis Jawa Barat lainnya.
Kok
bisa? Ya bisalah, bahkan sangat bisa. Karena menulis sebenarnya adalah
menuturkan kata hati kita dengan tulisan. Ikuti kata hati, tuliskan, maka
jadilah tulisan. Tentu saja teknik kepenulisan harus kita pelajari. Tapi itu
bisa sambil berjalan. Bukan suatu yang sulit untuk dikerjakan.
Yang
penting untuk menjadi seorang penulis adalah komitmen diri. Jika komitmennya
kuat, maka menulis akan menjadikan ruang tersendiri yang dapat memberikan
kepuasan hidup. Tidak menjadikan sebuah tekanan.
Penting
untuk mengikuti beberepa event pelatihan menulis. Selain untuk menambah
wawasan, juga bisa menambah persaudaraan. Bukankah sebagai mahkul sosial kita
perlu pertemanan yang sehat?
“Tarian
Sang Sinden” adalah novel pertamaku yang terbit tahun 2019. Novel ini hasil
dari ceracau dalam hati. Aku tidak suka dengan sosok sinden tengil yang selalu
mengumbar aurat dan memancing syahwat lelaki. Sebagian cerita terinspirasi dari
kisah pribadi.
“Romantika
Aisyah” adalah novel kedua yang terbit tahun 2020. Novel ini terinspirasi dari
seorang bocah kecil yang hidupnya selalu dirundung derita. Novel ini pun
terpacu oleh tantangan yang diberikan oleh KPPJB.
Sederet
buku antologi dari berbagai genre, kian menambah koleksi karya tulisku. Namun,
terkadang ada rasa jenuh juga hari-hari selalu bergelut dengan laptop dan
gawai. Selintas sempat berpikir, haruskah kutinggalkan dunia menulis ini?
Suami
sudah mulai mencemburui laptopku. Bahkan cucu-cucuku sudah mulai menarik-narik
bajuku ketika aku sudah mulai terlena dengan gawaiku. Ah, sunguh suasana
situasi yang mulai membuat galau yang segalau-galaunya.
Untunglah,
aku sudah tergabung dengan grup pelatihan menulis Om Jay di bawah naungan PGRI
dan Penerbit Andi. Rasa jenuhku mulai sirna. Perlahan kugauli lagi laptopku. Walau
harus merangkak mengerjakan tugas-tugas, aku harus bisa menuntaskan pelatihan
ini.
Terispirasi
dari mentor pada hari Jumat, tanggal 5 Juni 2020. Dra Sri Sugiastuti,M.Pd.
Beliau pun mulai produktif menulis pada usia setengah abad. Mulai menyususn buku ajar, menulis buku
antologi, mengukuti palatihan-pelatuhan menulis, dan memberdayakan IT.
Aktivitasnya
menghantarkan beliau sebagai penulis ternama. Dari karya-karyanya beliau bisa
mendulang rupiah yang jumlahnya lebih dari nilai tunjangan sertifikasi. Ada kemiripan
kisah antara aku dengan beliau. Hanya satu saja yang membedakan, aku belum
mampu mendulang rupiah dari hasil karyaku.
Tetap
semangat menulis, Bekerja dari Rumah. Salam Literasi.
Wuiiiiiiiiiiiihhhhh judulnya buat org penasaran isinya bu.....mantuuul bu guru hebat.
BalasHapustrimakasih, masih belajar nulis walaupun sudah usia senja
HapusKeren sekali ibu. Jadi pengen lihat novelnyaa
HapusMantap buk
HapusWahh... Keren Bu..
HapusSudah pernah menulis novel juga ternyata..
Harus banyak belajar pada ibu juga ini... 😊
keren bu....usia tak menghalangi tuk berkarya
HapusAyo bu tetap semangat untuk berkarya...
BalasHapusSemangat Ibu..semoga sukses
BalasHapusKeren,, judul nya pas bgt buat ibu yg hebaat bgt..
BalasHapusTerus berkarya... Tak lengang oleh usia srnja... Sukses selalu buat Ibu... Keren
BalasHapusMasya Allah bu Arum, selalu is the best.👍👍
BalasHapusBarakallah bu, sehat selalu. Trimksih banyak bu arum, sudah mengajak saya bergabung d komunitas lisangbihwa. Jdi banyak teman dan ilmu🥰🙏
usia tak menghalangi berkarya...keren..
BalasHapusMantap jiwa
BalasHapuswww.srisugiastutipln.com