Membaca
merupakan salah satu faktor penunjang penting dalam kehidupan manusia guna meningkatkan ilmu pengetahuannya. “Membaca
adalah sebuah jendela yang membuat seseorang bisa menelaah dan mengetahui segala
sesuatu yang dimiliki orang lain dengan cara yang sangat mudah dan simpel”(
As-Sirjani dan Al- Madari : 2007). Kedudukan membaca juga dapat dijadikan sarana untuk membiasakan diri melakukan
kajian, yakni pada saat kita menghadapi suatu masalah dalam kehidupan.
Berdasarkan pernyataan tersebut tak dapat ditolak lagi bahwa membaca itu sangat
penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah yang menjadikan landasan bahwa di
sekolah perlu adanya sebuah gerakan untuk membangun warga sekolah agar gemar
membaca.
Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) yang mulai diluncurkan sejak diterbitkannya Permendikbud
nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, adalah salah satu strategi
menciptakan lingkungan sekolah yang
ramah literasi. Di beberapa sekolah, telah dirujuk oleh Dinas pendidikan dan
Kebudayaan setempat untuk melaksanakan
managemen sekolah berbasis literasi, tidak terkecuali SMPN 3 Subang (Spen-gas).
Sejak tahun 2016 SMPN 3 Subang telah ditunjuk oleh Dinas pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Subang untuk melaksakan sekolah berbasis literasi
berdasarkan pertimbangan tertentu.
Pada
tahun 2016 Spen-gas mengikuti kegiatan WLJRC (West Java Leader’s Reading
Challenge).Tantangan membaca untuk
siswa minimal 24 buku dalam waktu 10 bulan. Dari hasil kegiatan tersebut, siswa
perintis Spen-gas berhasil lolos tantangan WJLRC sebanyak 14 orang, dengan
rata- rata jumlah buku yang dibaca, di-review, dan di-upload siswa
sebanyak 60 judul buku fiksi dan non-fiksi. Atas dasar keberhasilan itu siswa
perintis berhak mendapatkan sertifikat dan medali dari gubernur Jawa Barat.
Sekaligus pula berhak masuk SMA pilihannya sendiri tanpa harus malalui tes
akademik atau NEM. Siswa yang lolos WJLRC diberikan kesempatan mengikuti
Jambore Literasi di Kiara Payung, Sumedang Jawa Barat. Kegiatan ini adalah
bentuk apresiasi kepada peserta yang lolos tantangan WJLRC.
Pada tahun 2017, 10 orang siswa Spen-gas lolos
tantangan membuat antologi puisi, tantangan ini di selenggarakan oleh Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang. Pada tahun 2018, Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan belum mengadakan kegitan Challenge, dikarenakan sesuatu hal yang menyangkut
teknis, prosedur dan dana yang belum siap.
Budaya
literasi yang dibangun melalui GLS salah satu tujuannya untuk mewujudkan
Spengas CANTIK Cerdas, Agamis, Nyaman,
Tertib, Inovatif, Kreatif. Seiring dengan sekolah berbasis adiwiyata, GLS ini
dapat mendukung visi dan misi sekolah.
Diperlukan jiwa yang handal, tekad yang kuat,
bermental baja, bagi seorang guru perintis literasi untuk menjalankan program GLS di sekolah, karena segudang permasahan siap menghadang perjuangan guru perintis
literasi, di antaranya yaitu: 1. respon warga sekolah yang apatis; 2. kebijakan
pimpinan dalam menyikapi permasalahan yang ada; 3. bahan bacaan yang terbatas;
4. peran perpustakaan yang menjadi unsur pendukung; 5. sarana dan prasana yang
tidak mendukung; dan permasalahan teknis lainnya yang dapat ditemukan di
lapangan.
Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi
dengan beberapa solusi di antaranya yaitu :
1.
Kepala sekolah dan guru perintis dipastikan sudah
mengikuti pelatihan atau workshop literasi, hal ini sangat penting
dilakukan karena yang akan menjadi ujung tombak pelaksanaan GLS di sekolah
adalah kepala sekolah dan guru perintis.
2.
Penunjukan guru perintis harus berdasarkan
pertimbangan yang objektif, bukan berdasarkan mata pelajaran atau latar
belakang pendidikan, tapi seberapa peduli guru tersebut dalam kegiatan GLS, hal
ini harus dipertimbangkan secara matang agar program GLS dapat
dipertanggungjawabkan oleh si penerima tugas.
3.
Melakukan sosalisasi dan diseminasi dari hasil
pelatihan-pelatihan yang bertajuk literasi, kegiatan ini sabagai suplemen bagi
warga sekolah agar pemahaman mengenai literasi dapat terus ditingkatkan.
4.
Membentuk TLS (Tim Literasi Sekolah) melalui SK Kepala
Sekolah, agar guru perintis dan guru pembina literasi dapat menjalankan
tugasnya dengan baik, diperlukan legalitas penunjukan dalam bentuk Surat
Keputusan (SK) TLS dari kepala sekolah.
5.
Membangun komitmen yang kuat dengan TLS untuk
menjalankan program GLS, hal ini penting dilakukan untuk memotivasi kinerja TLS
agar dapat menjalankan tugasnya dengan
penuh tanggung jawab.
6.
Melakukan sikap keteladanan sosok insan literat,
hal ini penting dilakukan agar maksud dan tujuan dibangunnya budaya litersi
dapat mengacu kepada sosok keteladanan itu.
7.
Memberikan apresiasi kepada guru dan siswa yang
telah berpartisipasi dalam melaksanakan program GLS, apresiasi yang diberikan
dapat berbentuk benda atau penghargaan-penghargaan lainnya dalam bentuk pujian
atau pernyataan predikat ‘siswa literat’ atau ‘guru literat’.
8.
Membentuk komunitas literasi baik pada kalangan
siswa atau pada kalangan guru, komunitas siswa dapat dilaksanakan melalui
kegiatan ekstra kurikuler literasi, SMPN
3 Subang mempunyai komunitas ‘Pelita’ yaitu komunitas Perintis Literasi SMPN 3.
9.
Guru perintis dapat memberdayakan komunitas atau
organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). SMPN 3 Subang telah
menyelenggarakan readathon dan write-a thon bersama 15 sekolah lainnya
di lingkungan kabupaten Subang, bekerja sama dengan MGMP bahasa Indonesia di
komisariat Subang
10.
Menghadirkan pejabat atau motivator dalam kegiatan
pembiasaan. SMPN 3 Subang melaksanakan launching literasi,
menghadirkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, pada waktu itu yang
menjabat adalah Bapak Dr. Makmur Sutisna, M.Pd dan seorang fasilitator provinsi
yaitu Ibu Sri Suryati, M.Pd. hal ini dilakukan untuk memberikan penguatan dan
motivasi kepada masyarakat sekolah agar terus konsisten dalam melaksanakan GLS.
11.
Membuat lagu
‘Gita Literasi’, bekerja sama dengan guru seni budaya untuk menciptakan
lagu literasi. Lagu ini dipersembahkan dalam rangka kegiatan readathon
& write a thon dan untuk menyemangati siswa setiap akan melaksanakan
pembiasaan literasi. Lirik lagu ‘Gita Literasi’
membaca, membaca
kunci utama tuk
mendapat ilmu
mari kita buka
gerbang pintu ilmu
dengan membaca
membaca tak
mengenal waktu
membaca tak
kenal usia
membaca bisa
dimana saja
membaca,
membaca, membaca
dengan readaton
kita membaca
semua sumber
ilmu
dengan readaton,
yuk kita jalin
integritas
bangsa
yuk! Kita penuhi
pohon geulus
dengan membaca
setiap hari
mari kita
sukseskan Gerakan Literasi
agar selalu
abadi
Jaya sepanjang
masa
Solusi tersebut di atas tentunya masih banyak kekurangan. Harapan kami
sebagai guru perintis, kebijakan
pengalokasian dana kegiatan GLS yang tertuang dalam RKAS lebih dipriotitaskan. Kepedulian pihak
Disdikbud lebih ditingkatkan lagi. Penyediaan buku-buku bacaan yang berkualitas.
Penyelenggaraan diklat GLS untuk para kepala sekolah dan guru lainnya dilakukan
secara berkala.
Dengan demikian, jika harapan –harapan itu dapat terealisasi, GLS akan
berjalan sesuai dengan apa diamanatkan Permendikbud nomor 23 tahun 2015. Mewujudkan
sekolah berbasis literasi harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Dengan
mengusung kegiatan GLS secara profesional Spen-gas akan semakin Cantik. Cantik
sekolahnya cantik pula masyarakat sekolahnya. (Arhan)
Keren, Bu .... Hihih, kalau Ditta masih penyesuaian pas WJLRC. Telat start ngebuat tim pembimbingnya. Hhe
BalasHapusSemoga artikel ini membuat gerakan literasi Sekolah (GLS) semakin lebih maju.
BalasHapusSelamat Bu Presiden LISANGBIHWA. Maju terus literasi di Kabupatén Subang...
BalasHapusmantap Bu
BalasHapus