Sabtu, 04 Juli 2020

Romantika Aisyah 20 (Tamat)



Bab 20

Pulang Kampung


Cukup dalam waktu seminggu Aisyah beradaptasi dengan lingkungan kerjanya di kantor pengacara Dedi Stanzah. Berkat kinerja yang gemilang. Aisyah selalu mendapatkan apresiasi baik dari rekan-rekannya. Pak  Dedi pun merasa pusas dengan hasil kinerja Aisyah.

Hingga pada suatu ketika Aisyah mengusulkan untuk membuka  kembali kasus terpidana Dimas.  Aisyah menunjukkan bukti-bukti rekaman pembicaraan  lelaki yang ketemu di kereta itu, beserta foto-foto hasil jepretannya secara diam-diam. Bukti-bukti ini cukup kuat untuk diajukan perkaranya. Tim Dedi Stanzah bergerak cepat.  Aisyah bertindak sebagai pelapor.

Tanpa disengaja Aisyah bertemu dengan Rama di kantor polisi. Keduanya berbincang sangat serius. Perkara Dimas muncul kembali. Aisyah berjuang mati-matian agar memenangkan kasus bapaknya.

Sebelumnya Aisyah sempat mendatangi bapaknya di penjara. Dengan langkah penuh keyakinan Aisyah menuju ruang besuk. Mereka duduk berhadapan. Dimas hampir tak percaya dengan penampilan Aisyah saat itu. Aisyah tampak elegant. Dimas merasa minder. Sama sekali tak menyangka anaknya bisa seperti itu.

Air mata Dimas menggenang penuh haru. Ditatapnya wajah Aisyah dengan penuh perasaan. Tangan Dimas gemetar ketika ia berusaha untuk membelai wajah Aisyah.

“Aisyah ..., Kaukah ini, Nak?” tanya Dimas sambil terisak. Perlahan diusap pipi Aisyah dengan tatapan seolah tak percaya.

“Iya Pak, ini Aisyah ..., anak bapak yang dulu terlunta-lunta, yang dulu hidupnya penuh dengan derita.” jawab Aisyah terbata-bata

“Pak, kini Aisyah percaya, kalau bapak bukan seorang pembunuh. Aisyah sudah dapat bukti-buktinya. Ini.” ucap Aisyah meyakinkan bapaknya.

“Bapak kenal denga orang ini?” tanya Aisyah  sambil memperlihatkan poto seorang lelaki yang bertemu di kereta.

“Hah ...? Si Ucok? Kamu dapat poto ini dari mana Nak? Itu ..., itu yang menyekap bapak di rumah Bu Berta waktu itu.” seru  Dimas garang.

Seketika Dimas wajahnya menjadi berang, teringat kejadian masa lalu yang membuat dirinya sampai saat ini dipenjara. Napasnya terlihat turun naik. Tangannya mengepal keras, seolah –olah Dimas ingin meninju seseorang.

“Pak, bapak yang sabar ya, Aisyah akan mengusut masalah ini sampai tuntas. Bapak banyak berdoa, supaya bapak bisa keluar secepatnya.” ucap Aisyah memberikan ketenangan.

“Aisyah bagaimana bisa bapak keluar dari sini, bapak sudah divonis hukuman seumur hidup, karena bukti-bukti itu semuanya menunjukkan bahwa bapaklah pembunuhnya! Dasar Sial! Kenapa aku harus memukul badak tua itu! Bertaaa...!” teriak Dimas sambil menjabak rambutnya sendiri.

“Pak, Bapak tenang ..., jangan seperti ini, bapa harus yakin, Aisyah bisa menyelesaikan masalah ini!” Aisyah meraih tangan bapaknya agar berhenti menjabaki rambutnya sendiri.

“Bagaimana bapak bisa tenang Aisyah, hampir lima tahun bapak mendekam di jeruji besi, meninggalkan anak dan istri yang tak berdosa, kalian hidup dalam kesengsaraan, sementara bapak tak berdaya di sini.” geram Dimas sambil memukul-mukul meja dengan kepalan tangannya.

“Sekarang Bapak dengar ini!” ucap Aisyah sambil mengasongkan hapenya yang berisi rekaman pembicaraan lelaki di kereta itu.

Dimas memasang telinganya tajam, matanya dipicingkan, rekaman itu diputar berulang-ulang, hingga akhirnya Dimas bisa menyimpulkan, bahwa si Ucoklah biang keroknya.

suaranya agak berbaur dengan laju kereta. Tapi, dari rekaman itu jelas ada percakapan yang mengatakan bahwa Dimas bukan tersangkan pembunuhan Berta. Setelah mayat Berta di otopsi, terdapat racun sianida yang mematikan dalam tubuh Berta. Namun, si Ucok menghilangkan bukti otopsi itu.

Si Ucok membuat alibi seolah-olah Berta meninggal karena kena pukulan Dimas. Apalagi Dimas lari meninggalkan tempat kejadian perkara. Pelarian Dimas semakin membuat curiga pihak kepolisian. Hingga akhirya Dimas ditangkap di sebuah resto di Jakarta di hadapan Aisyah dan istri keduanya.

Setelah mendengarkan rekaman itu, badan Dimas terasa lemah lunglai, ia baru sadar bahwa selama ini ia telah difitnah oleh si Ucok. Tatapan matanya kosong. Hampir saja hape Aisyah jatuh dari tangannya karena tubuhnya lemah tak berdaya.

Melihat kondisi seperti itu, Aisyah bergerak cepat. Aisyah menahan tubuh Dimas yang hampir terkulai lemas.  Diambilnya hape yang masih digenggam Dimas. Lalu Aisyah berusaha untuk mendudukan kembali Dimas.

“Pak, sekarang bapak percaya kan, bahwa bapak bisa keluar tanpa harus menua di sini. Serahkan semuanya pada Aisyah, anak bapak, yang sekarang menjadi aparat hukum.” ucap Aisyah sambil menempelkan telapak tangan Dimas dipipinya.

Mendengar perkataan Aisyah, Dimas pun menelungkupkan kepalanya di atas meja, ia menangis. Berjuta rasa kian bergejolak. Aisyah terus membujuk bapaknya agar bisa menerima kenyataan ini dengan iklas dan pasrah kepada Sang pencipta alam.

***

Sidang kasus Berta kembali digelar. Kali ini Sutinah dan Akbar turut menyaksikan jalannya persidangan. Rama pun ada dalam deretan kursi penonton. Suasana mendebarkan kian mencekam ketika tersangka Ucok mulai dihadirkan dalam sidang itu. Aisyah berlaku sebagai saksi.

Karena kepiawaian sang pengacara kondang Dedi Stanzah, Si Ucok tak dapat mengelak lagi atas tuduhan pembunuhan Berta. Ucok divonis hukuman seumur hidup atas pembunuhan berencana. Secara otomatis Dimas pun bisa keluar dari penjara, karena kasus yang sebenarnya sudah terbongkar.

Reputasi Dedi Stanzah kian melambung, karena dapat memenangkan perkara atas pembebasan Dimas. Bahagia tiada terkira yang dapat Aisyah rasakan. Inilah bakti seorang anak yang membela orang tuanya. 

Usai pelaksanaan sidang, Aisyah menghampiri  Dedi Stanzah.

“Trimakasih Pak, bapak sudah membantu proses persidangan ini. Kalau bukan bapak pengacaranya, entah bagaimana nasib bapak saya.” ucap Aisyah haru.

“Ini juga berkat usahamu Aisyah, kalau tidak ada bukti-bukti yang akurat dari Kamu, mustahil kita memenangkan kasus ini, Kamu tahu sendiri kan, si Ucok juga menyewa pengacara berkaliber.” ucap Dedi

Sutinah, Akbar, dan Rama turut menghampiri Pak Dedi. Wajah bahagia terpancar di wajah mereka. Sementara Dimas berdiri tertegun melihat kebahagian orang-orang. Mereka saling berpelukan, diiringi tangis bahagia.

Sutinah tak henti-hentinya bersyukur atas kebahagian yang telah ia rasakan saat ini. Buah dari derita dan keringatnya telah membawa keberbekahan hidupnya. Walaupun cobaan demi cobaan datang silih berganti.

Pertemuan antara Dimas dengan Sutinah, membuat haru semua orang yang melihat. Setelah terpisahkan sekian tahun lamanya, terombang ambing dalam prahara kehidupan. Kini mereka dipersatukan kembali.

Aisyah dan Akbar saling berpelukan, keduanya merasakan kebahagian. Akhirnya Dimas, Sutinah, Aisyah, dan Akbar saling berpelukan. Tangis kebahagian tertumpah ruah di tempat itu. Rama pun turut bahagia.

“Aisyah, selamat ya ..., aku turut bahagia, kamu sudah mendapatkan kembali keluargamu. Sekarang, bagaimana rencanamu?” tanya Rama

“Sepertinya ..., aku akan kembali ke kampungku Ram, aku lebih nyaman di sana, dan..., sepertinya keluargaku lebih membutuhkan aku. Sudah lama keinginanku belum terwujud. Aku hanya ingin tinggal bersama orang-orang yang kusayangi.” jawab Aisyah

“Hm ..., begitu ya? jadi aku tidak termasuk orang yang kau sayangi?” ucap Rama.

Mendengar ucapan Rama seperti itu Aisyah memerah pipinya. Aisyah tahu, kemana arah pertanyaan Rama. Memang sudah lama Rama menyatakan perasanya, tapi Aisyah selalu mengabaikannya. Aisyah belum membuka hati untuk lelaki sebagai teman hidupnya. Dia ingin membahagiakan dulu orang tuanya.

“Tidak ...” jawab Aisyah tegas

“Kucuali ...,”  lanjut Aisyah

“Kecuali apa?” tanya Rama penasaran

“Kecuali Kamu mau ikut ke kampungku.” jawab Aisyah tersipu malu. 

 “Yes! Terimakasih Tuhan ..., Kau telah mengabulkan doakku. Tentu saja aku mau ikut ke kampungmu Aisyah ..., Mak, Pak, boleh ya aku ikut ke kampung? Boleh dong, boleh ya? yeaay .... yes yes yes!” teriak Rama kegirangan.

Semua orang tertawa melihat tingkah Rama.

“Ha ha ha ....”

4 komentar:

  1. Subhanallah..seolah terbawa ceritanya ... Mantul bu arum... Lanjut deh...

    BalasHapus
  2. Wow...keren. novelkah? Mantap. Semoga laris manis!

    BalasHapus
  3. Keren sekali ceritanya...jadi novel ya? Salam kenal

    BalasHapus
  4. Mntapp kebenaran bagaikan emas, dilumpurpun ttp emasss siip

    BalasHapus

Jumat Berkah di SDN Karanganyar

  Masya Allah Tabarakallah, rezeki buat anak-anak soleh dan solehan siswa SDN Karanganyar. Hari ini, Jumat, 01 September 2023 ada seorang ha...